Senin, 30 November 2015

Sebab kenapa acara di TV Indonesia ga ada yang bagus!!

1. Infotainmet Abal-Abal
Artis A dikabarkan selingkuh. Hampir tiap hari, acara infotainment membeberkan kisah-kisah masa lalu si A ini. Dicariin semua info mulai dari nama-nama mantannya, sampe ukuran BeHa mantannya. Infotainment itu juga menyebarkan foto-foto masa lalu si artis A ini pas masih jaman labil. Seolah-olah pemberitaan tersebut benar-benar memojokan si artis sehingga orang-orang yang melihatnya akan sangat membenci artis itu. Bahkan, wartawan infotainment itu bakal mewawancarai orang-orang yang mengaku kenal dengan artis yang digossipin itu. Mulai dari tetangga, RT, sampe pemulung yang biasanya ngaduk-ngaduk tempat sampah di depan rumah si artis.


Sebulan kemudian, si artis A ini pun diceraikan oleh pasangannya karena pasangannya terhasut oleh gossip itu. Padahal anak hasil pernikahan mereka sudah 16. Karier si artis juga hancur karena masyarakat sudah tidak ada yang respek lagi kepadanya. Setelah perceraian terjadi, si infotainment itu kembali meliput kehidupan artis A. Mereka menceritakan betapa menyedihkan kehidupan si artis tadi dengan bahasa yang sangat drama, menyentuh hati dan membuat orang-orang yang menonton merasa iba.

Report Flow Infotainment Indonesia
Ngegossipin kejelekan artis-> Nyari info-info ntah valid atau nggak tentang kebusukan artis itu buat mancing emosi masyarakat-> Si artis hidupnya hancur-> Ngeberitain kehidupan si artis yang ancur itu buat mancing rasa iba.
 



 2. Berita LebayAda beberapa kriteria berita yang bakal tayang. Yang paling penting adalah beritanya kudu heboh. Misal zaman gue jadi wartawan dulu, kan Indonesia lagi heboh-hebohnya demo "Ganyang Malaysia" di mana-mana tuh. Nah, biasanya yang diambil sama redaksi pusat sono, ya hasil liputan-liputan demo di ibu kota. Yang di kota kecil kayak Jogja biar bisa tayang gimana? Ya demo yang diliput harus lebih heboh daripada demo yang di ibu kota. Misal ada aksi bakar bendera, aksi bakar ban, atau aksi bakar ayam tetangga.

Mungkin dengan tuntutan semacam itu, sebagian wartawan sengaja memberitakan isu yang mereka liput dengan cara lebay. Biar dipilih sama redaksi buat ditayangin. Itulah kenapa, sekarang di TV banyak berita-berita (walau nggak semua) yang penyampaiannya terlalu berlebihan. Kurang menggambarkan fakta dengan berimbang.


3. Sinetron Basi
Maksudnya gini, ada sinetron yang bikin gue tertarik buat nonton nih ya.. Baru jalan kira-kira sebulan, tuh sinetron tamat dengan cara yang super maksa. Kalo nggak salah, ceritanya tentang seorang Preman yang bandel, dan dipaksa ortu buat masuk pesantren. Gue kira ceritanya bakal keren, soalnya tuh preman masih suka ngelakuin hal-hal jail di pesantren. Eh, baru juga jalan beberapa episode, si Preman nikah sama anak yang punya pesantren. Tamat deh. Setelah gue perhatiin, iklan di sinetron itu emang dikit banget. Yang menandakan kalo rating sinetron itu sangat rendah. Mungkin itu penyebab sinetron tadi di-cut gitu aja sama produser.


Ada juga sinetron ibu-ibu yang ceritanya sangat menjijikan. Ciri-ciri sinetron yang ceritanya basi tuh kayak apa? Kayak gini:
- Salah satu tokoh dalam cerita itu bisa hidup dan mati kapan aja tanpa bantuan Dragon Ball
- Tokoh-tokoh dalam cerita itu bisa ngomong tanpa menggerakkan bibir.
- Rebutan harta yang dimiliki oleh seorang milyarder bego yang gampang diguna-guna.
- Editing video seadanya. Pake visual effect yang maksa. Misal:
*Efek naga terbang yang gambarnya masih sekasar gambar gameboy.
*Editor videonya terlalu males nyisipin voice over, sehingga talent yang lagi acting nelpon, kudu sengaja ngulang ucapan orang di seberang telepon biar penonton paham mereka lagi ngobrolin apa.
- Properti yang 'maksa' dan tingkat ke-gaptek-an talent yang kayak gini, :Dude: "Ibu make hape kebalik ya? Kok suaranya kecil?"
Ibu: "Apa, nak?! Handphone ibu kebalik?! ASTAGHFIRULLAH!"
Selain itu, yang bikin gue bete adalah nonton sinetron yang diawali dengan flash-back episode sebelumnya selama 15 menit, lalu diikuti iklan selama 15 menit, terus dilanjutin dengan cerita yang di-slowmotion, terus ditutup dengan iklan panjang dan adegan kentang dengan diakhiri tulisan 'Bersambung'.

Anehnya, sinetron dengan cerita semacam ini malah laris manis dan dapet rating yang tinggi, sehingga episodenya bisa panjaaaang banget. Gue ampe inget, dulu ada sinetron yang dari zaman tokoh utamanya belum menstruasi, episodenya masih lanjut terus sampe akhirnya si tokoh utamanya jadi janda di dunia nyata.
4. Acara Musik Palsu
Kalo pagi, lo coba deh nonton TV. Di sono lo bakal nemuin acara musik sesat yang bakal menyuguhkan musisi-musisi yang sedang beraksi di panggung dengan penuh semangat. Diikuti oleh goyangan para sahabat alay yang harusnya masih sekolah, tapi malah joget-joget di depan panggung di jam sekolah.


Nah, kalo lo perhatiin ya, alat musik yang dipake sama mereka tuh nggak ada kabelnya semua. Mulai dari drum, keyboard, sampe gitar juga nggak ada kabelnya. Tapi bagi yang masih mau berpositive-thinking, silakan anggap instrument-instrument itu udah pake teknologi wireless. Tapi silakan perhatikan lagi kalo vokalisnya nyanyi. Kadang pas dia ngelempar microphone-nya ke penonton sambil bilang "Mana suaranya?!", lo bakal denger suara nyanyiannya masih ada. Wow! Tanpa microphone pun suaranya masih bisa menggelegar. Gue juga bingung. Kenapa dia suka minta suara ke penonton. Kan dia yang nyanyi. Suasananya bakal makin absurd kalo personel lain sama begonya kayak si vokalis. Misal gitarisnya teriak ke penonton "MANA GITARNYA?!"


Buat lo yang masih mau berpositive-thinking pas ngeliat kejadian itu, gue kasih tau bahwa ada trick bernama lip-sync. Yang intinya adalah menyamakan gerakan bibir dengan lagu yang lagi main. Kebetulan, gue adalah tipe orang yang suka menikmati live music daripada hasil rekaman. Yang gue tunggu-tunggu dalam live-music itu adalah improvisasi permainan si musisi. Misalnya melodi gitar yang dimodifikasi biar beda dari versi recordednya, atau improvisasi vokal si penyanyi, itu ngasih nuansa tersendiri dalam live music performance. So, acara music yang ngebiarin musisinya lip-sync, menurut gue adalah palsu.
5. Lawakan Basi
Niatnya sih bikin penonton ketawa, tapi si pelawak make ejekan fisik.
Niatnya sih bikin penonton ketawa, tapi si pelawak ngelempar tepung ke orang.
Niatnya sih bikin penonton ketawa, tapi si pelawak akting jadi bencong.

Nyadar nggak, kalo hal-hal itu bisa ditiru oleh anak-anak?
Misalnya, adek lo pengin bikin ortu lo ketawa, nah pas lo pulang sekolah, tiba-tiba lo dilempar tepung, digebukin pake styrofoam, dan dikatain "Kulit lo kok item kayak pantat panci?!" di depan ortu. Apa lo pikir itu lucu?

Itu bukan komedi sejati. Komedi sejati itu perlu kecerdasan untuk membuat materinya, dan perlu kecerdasan untuk menikmatinya juga.
opini ane tentang acara-acara nggak mutu di TV lokal ini adalah, semua acara itu bisa bertahan karena rating acara. Rating itu berdasarkan dari minat kita untuk menontonnya. Kalo kita masih nonton acara-acara yang menurut kita nggak mutu, artinya kita ngasih kontribusi ke rating acara-acara itu. Percuma juga kita protes-protes untuk memusnahkan acara-acara 'sampah' kalo kita masih doyan nonton acara-acara itu lagi.

Maaf-maaf kalo dalam penyampaian ane ada pihak yang tersinggung. Sekali lagi ane tekankan bahwa yang ane sampein di sini adalah opini dan hipotesis ane sebagai rakyat jelata yang nggak paham sistem yang dijalankan di stasiun TV. Postingan ini ane bikin karena ane kangen sama acara-acara mendidik dan sesuai porsi usia penonton seperti di zaman dulu. Misal kuis-kuis buat anak sekolah, atau estafet film-film kartun di hari minggu pagi sampai minggu siang. Sekarang udah jarang film kartun, digantiin sama acara band abal-abal yang lagu-lagunya nggak cocok buat adek-adek yang masih kecil. 

udah gitu aja,
Terimakasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar